Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

keterangan

Manuver Sultan: Bagaimana Visi Satu Orang Membuka Potensi Tepi Laut Palembang

Jumat, 19 Desember 2025 | Desember 19, 2025 WIB Last Updated 2025-12-20T00:06:43Z



Perpaduan kuat antara kemauan politik dan pandangan ekonomi yang jauh ke depan membuat pasar bersejarah dipindahkan, mengubah benteng kuno menjadi ruang publik yang dinamis.


PALEMBANG- Sumaterannewss. Com

Di tengah labirin perkotaan Palembang, kota yang kaya akan warisan kerajaan Sriwijaya, Benteng Kuto Besak (BKB) dulunya berdiri sebagai monumen kelembaman administratif. Ini adalah sebuah paradoks: benteng abad ke-18 yang megah, simbol pertahanan yang kuat melawan kekuatan kolonial Belanda, namun secara fungsional tercekik oleh pasar tradisional yang ramai dan kacau.


Selama beberapa dekade, daerah tersebut, yang dikenal secara umum sebagai Pasar Benteng, merupakan gambaran dari kekuatan komersial dan pengabaian lingkungan—atap bocor, banjir yang terus-menerus, dan suasana kerusakan umum yang menyembunyikan signifikansi historisnya.


Kemudian muncullah Ir. H. Eddy Santana Putra, MT, walikota kota ini dari tahun 2003 hingga 2013. Masa jabatannya ditandai dengan visi yang berani: untuk merebut kembali Benteng Kuto Besak bukan hanya sebagai artefak sejarah, tetapi sebagai jantung publik yang berdenyut dan layak dari Palembang modern yang berwawasan ke depan.


Tantangannya sangat besar. Memindahkan pasar tradisional yang sudah mengakar kuat, yang merupakan denyut nadi perdagangan lokal sejak era pendudukan Belanda sekitar tahun 1821, adalah tindakan berisiko tinggi secara politik dan ekonomi. Hal itu berisiko mengasingkan jaringan pedagang yang kuat dan mengganggu keseimbangan ekosistem ekonomi kota yang rapuh.


Namun, di mana orang lain melihat hambatan yang tak teratasi, Eddy Santana Putra melihat peluang. Rencana tersebut merupakan contoh sempurna dari pembaruan kota yang pragmatis dengan sudut pandang keadilan sosial, sebuah narasi yang selaras dengan nilai-nilai inti dalam memperjuangkan suara-suara mereka yang kurang didengar.


Tujuannya jelas: merevitalisasi kawasan BKB menjadi ruang publik yang mudah diakses, pusat budaya yang dapat menyaingi pusat perbelanjaan modern di kota ini dan menarik baik keluarga lokal maupun wisatawan internasional.


Relokasi tersebut bukan sekadar penggusuran; itu adalah investasi ulang dalam infrastruktur kota. Meskipun upaya revitalisasi awal pada tahun 2003 berfokus pada daerah pinggiran, keberhasilan akhirnya terletak pada transformasi penuh, sebuah langkah yang membutuhkan keputusan sulit dan komitmen yang teguh.


Hasilnya adalah perubahan nasib yang menakjubkan bagi situs bersejarah tersebut. Air yang keruh dan kios-kios yang kacau digantikan oleh pemandangan terbuka Sungai Musi, menciptakan ruang tepi sungai yang dinamis dan mudah diakses bagi semua warga.


Dampak ekonomi yang ditimbulkan langsung terasa dan sangat besar. Dengan mengubah BKB menjadi destinasi publik dan wisata utama, pemerintah tidak hanya membersihkan suatu area; tetapi juga membuka nilai real estat yang signifikan dan meningkatkan ekonomi pariwisata lokal.


Para pedagang pasar diberi lokasi baru yang lebih terstruktur, mengintegrasikan mereka ke dalam rencana perkotaan yang lebih formal dan berkelanjutan.


Inilah warisan Eddy Santana Putra: kisah seorang pemimpin yang berani menantang status quo, membuktikan bahwa perencanaan kota yang bertanggung jawab dan pelestarian sejarah dapat hidup berdampingan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat.


Di era di mana pembangunan sering kali mengabaikan warisan budaya, studi kasus Palembang berdiri sebagai mercusuar kemungkinan, bukti kekuatan visi dan semangat pantang menyerah sebuah kota yang merebut kembali masa lalunya untuk membangun masa depan yang lebih cerah dan makmur.


Benteng Kuto Besak bukan lagi sekadar kenangan pertahanan seorang sultan; ia adalah bukti nyata dan hidup dari revolusi senyap yang menata ulang prioritas Palembang, satu kios pasar demi satu kios pasar. Denyut nadi kota kini berdetak lebih kuat dan jelas di sepanjang tepi sungai bersejarahnya.


OLEH: SUMARNI / ANALIS KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAH

×
Berita Terbaru Update